BAB 1
PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP
FILSAFAT PENDIDIKAN
1.1. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa
Yunani.kata ini berasal dari philosopia yang berarti cinta pengetahuan.Terdiri
dari kata philos yang berarti cinta,senang dan suka serta kata sophia berarti
pengetahuan,hikmah dan kebijaksanaan.(Ali, 1986:7).Hasan Shadily (1984:9)
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan
kebenaran.Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta
pada ilmu penetahuan atau kebenaran,suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.jadi
orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran.Kebenaran itu
sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan
peradaban manusia.penilaian tentang suatu kebenaran yang dianggap benar itu
masih tergantung pada ruang dan waktu.apa yang dianggap benar oleh masyarakat
atau bangsa lain,belum tentu akan dinilai sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat atau bangsa lain.sebaliknya
sesuatu yang dianggap benar oleh suatu
masyarakat atau bangsa dalam suatu zaman,akan berbeda pada zaman
berikutnya.dari uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan
yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.Dengan
demikian,diharapkan agar manusia dapat mengertidan memiliki pandangan yang
menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia di
dalamnya.Filsafsat di butuhkan manusia dalam upaya menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan manusia.
1.2.Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat
pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan,dan memadukan proses
pendidikan.artinya,filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan
maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.Dalam hal ini
filsafat,filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor yang
integral.Filsafat pendidikan juga didefisinikan sebagai kaidah filosofis dalam
bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan yang menjadi
dasar dari filsafat umum dalam
memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis. Menurut John
Dewey,filsafat pendidikan merupakan
suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,baik yang menyangkut daya
pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional),menuju tabiat
manusia.filsafat pendidikan pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.pendidikan adalah bimbingan
secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik
menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal.yang
dimaksud kepribadian yang utama atau ideal adalah kepribadian yang memiliki
kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan
melaksanaan ajaran atau prinsip-prinsip nilai (filsafat)yang menjadi pandangan
hidup secara individual,masyarakat maupun filsafat bangsa dan negara.Dengan
demikian,dari uraian di atas dapat di tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.filsafat,jika dilihat
dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat
memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya,termasuk dalam
problematika di bidang pendidikan.Oleh karena itu,apabila di hubungkan dengan
persoalan pendidikan secara luas,dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan
arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan tujuan
pendidikan.jadi filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan
penerapan analisa filosofis dalam lapangan pendidikan.Dalam hubungan antara
filsafat (umum)dan filsafat pendidikan beberapa batasan.filsafat pendidikan
mengandung upaya untuk mencari konsep-konsep yang menempatkan manusia di tengah
gejala-gejala yang bervariasi dalam proses pendidikan.
1.3. RUANG LINGKUP
FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat adalah studi secara kritis
mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia dan merupakan alat
dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi semua permasalahan
hidup dan kehidupan yang dihadapi.Dalam pengertian yang luas,filsafat bertujuan
memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep
hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagian dan
kesejahteraan.Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia
yang komprehensif.segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada
(nyata),baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak).ruang lingkup
filsafat pendidikan meliputi :
·
Merumuskan secara tegas
sifat hakikat pendidikan ( the nature of education)
·
Merumuskan sifat hakikat
manusia,sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man)
·
Merumuskan secara tegas
hubungan antara filsafat,filsafat pendidikan,agama dan kebudayaan.
·
Merumuskan hubungan
antara filsafat,filsafat pendidikan,dan teori pendidikan.
·
Merumuskan hubungan
antara filsafat negara(ideologi),filsafat pendidikan dan politik pendidikan
(sistem pendidikan)
·
Merumuskan sistem
nilai- norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.
Jadi
ruang lingkupn filsafat pendidikan itu adalah semua aspek yang berhubungan
dangan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu
sendiri,yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan
bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak
mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan penyelidikannya
tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasannya.ruang lingkup
studi filsafat itu ada lima yaitu : logika, estetika,etika,politik dan
metafisika.filsafat pendidikan mempunyai akar filsafat klasik.filsafat
merupakan studi melalui penggunaan kekuatan pemikiran,sebagai puncak akhir
sebab-sebab sesuatu di alam nyata.filsafat pendidikan juga memiliki perhatian
terhadap filsafat klasik,tetapi perhatian filsafat ini terfokus pada analisis
dan penjelasan terhadap problema-problema pendidikan.sebagai satu bentuk dari
fisafat umum mengenai kehidupan,juga memiliki upaya untuk mengembangkan
berbagai masalah filsafat yang berhubungan dengan pendidikan dan
sekolah.Sebagaimana filsafat umum,filsafat pendidikan juga memiliki beberapa
sumber;ada yang tampak jelas dan ada tidak jelas,sepeti: Manusia(
people),sekolah dan lingkugan(environment).filsafat pendidikan,sesuai dengan
peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijakan dan
pelaksanaan pendidikan.Hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi
penting, Karena masalah pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan
manusia.proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan
hidup dan kehidupan manusia.Dalam konteks ini, filsafat pendidikan mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas,menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan
manusia.filsafat bertujuan memberikan yang lebih dapat di terima tenteng
konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal dan lebih
mendasar.dengan demikian,filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan pandangan
untuk memecahkan berbagai problem dalam lapangan pendidikan.
1.4. Hubungan Filsafat
dengan Filsafat Pendidikan
Filsafat
yang manjadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan
asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa,termasuk
aspek pendidikan.Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa.sedangkan pendidikan merupakan suatu
cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu
sendiri,pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan
mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu
masyarakat. Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat
penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem
pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang
menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses ,menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan
tujuan yang ingin dicapai. Filsafat menetapkan ide-ide dan idealisme,dan
pendidikan usaha dalam merealisasikan
ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku bahkan membina
kepribadian manusia. Kilpatrik (Muhammad Noor Syam, 1998:43), mengatakan
berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha. Berfilsafat ialah
memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan
Mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu dalam
kehidupan kepribadian manusia.filsafat di mulai dengan generasi muda,untuk
membimbing rakyat dan membina nilai-nilai dalam kepribadian mereka. Menurut Bruner dan Bruns dalam bukunya
Problems in Education and Philosophy mengatakan Tujuan pendidikan adalah tujuan
filsafat yaitu untuk membimbing ke arah kebijaksanaan.oleh karena itu,dapat
dikatakan bahwa pendidikan adalah realisasi dari ide-ide filsafat;filsafat
memberi asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia
yang telah melahirkan ilmu pendidikan,lembaga pendidikan dan aktivifas
pendidikan.Jadi,filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar
pendidikan.dari uraian di atas,diperoleh hubungan fungsional antara filsafat
dan teori pendidikan sebagai berikut:
Ø Filsafat,dalam
arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang di pakai dalam memecahkan
problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli
Ø Filsafat
berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran
filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata.
Ø Filsafat
dalam hal ini filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan(pedagogik).
Menurut
Ali Saifullah,antara filsafat,filsafat pendidikan dan teori pendidikan terdapat
hubungan yang suplementer:filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi
mengarahkan pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas
normatif ilmiah,yaitu:
a.
Kegiatan merumuskan
dasar-dasar,tujuan-tujuan pendidikan,konsep tentang hakikat manusia,serta
konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
b.
Kegiatan merumuskan
sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan kepemimpinan
pendidikan,metodologi pendidikan dan pengajaran,termasuk pola-pola akulturasi
dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.
Dari
uraian di atas,dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa antara filsafat pendidikan
dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak
terpisahkan.filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat amat penting
dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman
dasar bagi usaha-usaha perbaikan,meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan.
1.5. Hubungan Filsafat
Pendidikan Dengan Filsafat Pendidikan Agama
Filsafat
tidak sekedar kegiatan reflektif dan kegiatan akal budi,tetapi juga merupakan
perenungan lebih lanjut dari kegiatan rasional secara umum.yang direflesikan
filsafat mencakup segala hal,tak terbatas pada bidang atau tema
tertentu.Tujuannya,untuk memperoleh kebenaran yang mendasar,menelusuri makna
dan inti segala inti.filsafat juga merupakan eksploitasi tentang hakikat
realita yang ada dalam kegiatan manusia.Masalah pendidikan merupakan hidup dan
kehidupan manusia,proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan
hidup dan kehidupan manusia.masalah pendidikan tidak dapat dipecahkan hanya
dengan menggunakan metode ilmiah semata,tetapi harus menggunakan analisis
filsafat.Kedudukan filsafat dalam pendidikan merupakan fondasi yang tidak dapat
diganti oleh mata kuliah dasar lainnya.Filsafat merupakan sumber nilai dan
norma hidup yang menetukan warna dan martabat hidup manusia.sementara guru
adalah pelaksana penanaman nilai dan
norma pendidikan tersebut.fisafat merupakan pandangan hidup menentukan arah dan
tujuan proses pendidikan,karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan
yang sangat erat. Pendidikan itu pada hakikatnya adalah proses pewarisan
nilai-nilai filsafat yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
kehidupan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya.Sebagai seorang
pendidik,atau calon pendidik di harapkan terlebih dahulu belajar filsafat pendidikan
agar dapat mentransfer nilai-nilai dan norma yang terkandung dalam filsafat.Menurut
Woodsidge(dalam Barnadib,1994:16),mempelajari dan memperdalam filsafat
pendidikan,khususnya bagi mereka yang bergelut dengan ilmu pengetahuan dan
keguruan,mempunyai beberapa alasan yaitu: pertama,
munculnya problema-problma pendidikan dari masa ke masa yang menjadi
perhatian para ahli masing-masing,karena pendidikan merupakan usaha manusia
meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin suatu bangsa dan masyarakat. Kedua,memperluas wawasan karena filsafat
pendidikan merupakan bekal dalam meninjau pendidikan dan problema-problemanya
secara kritis. Ketiga,memenuhi
tuntutan intelektual dan akademik sebab filsafat meletakkan landasan berpikir
logis,sistematis,kritis dan teratur. Karenanya dengan filsafat pendidikan
diharapkan kemampuan semacam itu dapat dipenuhi sehingga berpengaruh pada
pembentukan pribadi. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa untuk menjamin agar
pendidikan itu benar dan prosesnya efektif di butuhkan landasan-landasan,terutama
landasan-landasan yang bersifat filosofis dan landasan ilmiah sebagai asas
normatif dan juga sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan. Di sini filsafat
pendidikan merupakan sumber ide pendidikan yang menentukan pendidikan,memberi
arah dan pedoman sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.jadi filsafat
pendidikan dalam hal ini filsafat pendidikan agama hubungannya sangat erat
sekali dalam peranannya sebagai sumber idealisme dan berfungsi menyiapkan
manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera.
BAB
II
LATAR
BELEKANG MUNCULNYA
FILSAFAT
PENDIDIKAN
A.Pengantar
Filsafat
diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of science) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan problematika dan
kehidupannya.suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang
garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang
lainnya.akibatnya terjadi pemisahan antara berbagai macam ilmu,hingga ilmu
pengetahuan semakin kehilangan relenvasinya dalam kehidupan masyarakat dan umat
manusia dengan segala macam problematikanya. Menurut Jhon Dewey,seorang filosof
Amerika,filsafat merupakan teori umum dan landasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan (Barnadib,1990:15).Tugas filsafat adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang
banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.persoalan-persoalan pendidikan yang
bersifat filosof dan memerlukan jawaban secara filosofis pula.Kemunculan
filsafat pendidikan ini disebabkan banyaknya perubahan dan permasalahan yang
timbul di lapangan pendidikan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat.
2.1. Perkembangan
pemikiran filsafat spiritualisme kuno
Sejarah menunjukkan bahwa kini
filsafat tidak lagi membawa pemikiran mengenai adnya subjek besar sebagaimana
masa lalu.Kemajuan ilmu pengetahuan,terutama ilmu pengetahuan alam,telah
menggoyahkan dasar-dasar pemikiran filsafat.banyak hal yang semula menjadi
bagian dari filsafat yang membahas tentang ilmu asal(epistemologi),kini menjadi
topik pokok perhatian dari ilmu-ilmu fisiologis dan psikologis.Banyak para ahli
filsafat modern menolak sama sekali suluruh pernyataan-pernyataan metafisika
sebagai omong kosong,karena keyakinan terhadap pernyataan-pernyataan itu tidak
didasarkan pada penelitian yang biasa digunakan.filsafat adalah untuk
mengetahui hakikat sesuatu,namun filsafat filosofis itu diteruskan akhirnya
akan sampai dan berhenti pada sesuatu
yang disebut agama. Baik para filosof Timur maupun barat,mereka memiliki
pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaan.Filsafat mulai berkembang
dan berubah fungsi sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan
dan perekat kembali berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat
dan terpisah satu dengan lainnya.Filsatat berkembang sesuai dengan perputaran
dan perubahan zaman. abad 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya
Zarathusthra,dari keluarga sapitama yaitu lahir di sebuah sungai,yang di tolong
oleh Ahura Mazda dalam masa pemerintahan raja-raja Akhmania ( 550-530 SM).
1.Timur Jauh
Yang termasuk dalam wilayah timur
jauh ialah China,India dan Jepang. Di India berkembang filsafat spiritualisme
Hinduisme dan Buddhisme,sedangkan di jepang berkembang Shintoisme begitu juga
di China berkembang Taoisme dan Konfusianisme(Gazalba,1986:60).
a.Hindu
Pemikiran spiritualisme Hindu adalah
karma yang berarti setiap individu telah di lahirkan kembali secara berulang
dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ua menjadi suci dan sempurna
sebagai bagian dari jiwa universal (reinkarnasi). Para filosof Hindu berpikir
untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk dalam kebebasan.
Filsafat Hindu juga benar-benar merasakan bahwa dunia (alam) ini penuh rahasia
dan manusia yang terdapat di dalamnya merupakan sesuatu yang amat kecil,namun
manusia memiliki arti dan nilai yang sangat besar bagi kehidupan, karenanya
manusia di dorong untuk menyelidiki dan memahami alam semesta beserta isinya.
b.Budhha
pencetus ajaran Buddha ialah Sidarta
Gautama,pada abad(563-483 SM) sebagai akibat dari ketidakpuasannya terhadap
penjelasan para guru Hinduisme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia.
Buddha mnyebarkan 8 jalur yang mulia (the noble eighfold path) : a) pandangan
yang benar (pengetahuan tentang apa-apa yang jahat dan bagaimana caranya
menghindarkannya), b) Aspirasi yang benar (motivasi yang benar untuk
menaklukkan perbuatan-perbuatan yang baik hati), c) Berbicara yang benar
(menjahui bohong,fitnah,gunjingan dan kata-kata yang hina), d) berbuat yang
benar (menjauhi pencurian,mabuk,melukai makhluk-makhluk hidup dan motal
seksual), e) mata pencaharian yang benar( menghindari pekerjaan yang
berbahaya), f) berusaha yang benar (usaha untuk menghapus emosi-emosi yang
jahat,memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang baik), g) kesadaran yang benar
(menghapuskan kekuasaan,ambisi dan rasa kekesalan), h) renungan yang benar
(rasa terpesona perenungan yang tercapai melalui yoga). Apabila ke delapan
tersebut dapat di pelajari,maka manusia akan menjadi mulia dan sempurna,
sebaliknya apabila manusia cenderung melakukan pelanggaran ia akan menjadi
sengsara. Karena filsafat buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di
dunia ini terliputi oleh sengsara yang di sebabkan oleh cinta terhadap sesuatu
yang berlebihan.
c.Taoisme
pendiri Taoisme ialah Lao Tse,lahir
pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna filsafat adalah jalan Tuhan
atau Sabda Tuhan.pengertian Tao dalam filsafat Lao Tse dimasukkan dalam aliran
spiritualisme, dan menurut aliran-aliran filsafat india dan
Tiongkok,spiritualisme itu berkaitan dengan etika,karena ia memberi petunjuk
bagaimana manusia mesti bersikap dan bertindak di dunia agar memperoleh bahagia
dan kesempurnaan ruh (Gazalba,1986:60). Para pengikut Taoisme diajarkan untuk
menerima dan menyesuaikan diri secara pasti dengan hukuman-hukuman dan cara
bekerja alam. Ajaran-ajaran pokok Taoisme dimuat dalam buku kecil Tao Te Ching
(ajaran-ajaran Tao),yaitu prinsip yang mengatur alam raya,buah pikiran ahli
filsafat Cina,Lao Tse (abad ke- 6 SM)Teoisme menganggap bahwa alam semesta
sebagai sistem yang sempurna dan ideal berjalan menurut kekuatan bertuhan.
d.Shinto
Shinto merupakan salah satu
kepercayaan yang banyak di peluk masyarakat jepang. Shinto juga merupakan agama
(kepercayaan) yang utama di Jepang, Sejak abad ke-19 Shinto telah mendapat
status sebagai agama resmi negara,yang menitikberatkan pemujaan alam dan
pemujaan leluhur. Agama Shinto memiliki banyak upacara keagamaan yang
sederhana,pemberian kurban yang khidmat dan upacara di tempat suci yang
dipersembahkan kepada dewa matahari,sungai,pohon,pahlawan dan sejenisnya,
Tujuan agar memperoleh panen yang baik,perlindungan terhadap luka-luka atau
pencurian dan kemurahan hati (Smith,1986:15). Agama Shinto tumbuh dan
berkembang di jepang,yang sangat respek terhadap alam( nature),di sebabkan
ajaran-ajarannya mengandung nilai antara lain kreasi (sozo),generasi (sizi) dan
pembangunan (hatten),sehingga menjadi jalan hidup dan kehiduapan,dan mengandung
nilai optimis.
2. Timur Tengah
a.
Yahudi
Yahudi berasal dari nama seorang
putra ya’kub,Yahuda,putra keempat dari 12 oarang bersaudara,12 orang inilah yang
kelak nenek moyang bangsa Yahudi,yang terdiri dari 12 suku bangsa. Agama Yahudi
pada prinsipnya sama dengan agama Nasrani dan agama islam,karena itu agama
Yahudi disebut juga kitab samawi,yang berarti agama yang mempunyai kitab suci
dri nabi. Pemikiran-pemikiran fisaftat Timur Tengah muncul sekitar abad
1000-150 SM. Tanda –tanda yang tampak atas keberadaan pemikiran fisafat itu
iaiah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk penindasan moral dari
monoteisme,peredaran,kebenaran dan bernilai tinggi. Selama dua ribu tahun yang
lalu doktrin-doktrin monoteisme dan pengajaran tentang etnis yang dianggap
penting oleh kaum Yahudi, Karena kaum Yahudi sangat mementingkan pendidikan
bagi generasinya,menurutnya pendidikan merupakan hal yang pokok dan lebih utama
ketimbamg kekuatan militer. Rasa cinta kepada anak-anak,kepercayaan terhadap
keadilan.kebenaran dan potensi masyarakat beserta ganjaran-ganjarannya di
surga,tentunya bisa dicapai hanya dengan pendidikan. Lebih kurang 2000 tahun
SM, di Plestina telah tumbuh berbagai lembaga pendidikan yang membahas dan
mempelajari syariat dam hukum-hukumTorah (Rifai,1987:80). Lembaga pendidikan
itu muncul dalam rangka untuk mengimbangi pengaruh ajaran filsafat dan
kebudayaan kaum Yahudi,yang sudah mengalami kemujuan di bidang pendidikan.
b.Kristen
Pengikut agama kristen pada waktu
itu tidak ubahnya seperti pengikut agama lain,yaitu dari golongan rakyat
jelata. Setelah berkembang,pengikutnya pun merambah ke kalangan atas,ahli pikir
(filosof) dan kemudian para pemikir atas kemajuannya, zaman ini disebut zaman
patrisik. Patrisik berarti zaman rasul ( pada abad pertama) sampai abad
kedelapan. Pertumbuhan agama Kristen unik.dari satu sekte Yahudi,agama ini
telah menjadi suatu agama dunia dan menjadi agama utama di bagian dunia sebelah
barat ( Roham,1993:3). Perkembangan agama ini sangatlah pesat berkat
keberanian,ketabahan dan ketekunan para pengikutnya. Meskipun mereka mengalami
berbagai macam rintangan baik dari orang-orang Yahudi,yang tidak mau
mempercayai agama mereka,maupun dari kerajaan Romawi. Penyebar agama Kristen di
luar orang-orang Yahudi mula-mula di lakukan oleh Paulus,bekas pendeta Yahudi
yang berbalik menjadi penyiar di Eropa. Agama Kristen ini mempunyai kitab suci
yang di kenal dengan perjanjian Lama dan perjanjian Baru. Perjanjian lama (Old
Testamen) di perkirakan sudah ada sejak abad 16-40 SM. Bahasa yang di pakai
yaitu bahasa Ibrani, sedangkan perjanjian Baru (New Testamen) adanya perjanjian
Baru ini di sebabkan oleh perubahan zaman,atau karena adanya
perombakan-perombakan yang dihasilkan oleh karangan orang banyak. Agama Kristen
ini juga mempunyai ajaran-ajaran, pokok ajarannya adalah mengajarkan konsep
Tuhan dalam arti monoteisme murni. Dasar kepercayaan keagamaan yang dijadikan
sumber ajaran-ajaran agama kristen ini kemudian dikembangkan oleh Paulus
mengenai pokok keyakinan yang harus diimani dan dipegang yang tersimpul dalam
doktrin-doktrin yang diajarkan Paulus dalam lingkungan jemaat-jemaat asing di
Asia Kecil (Sou’yab,1993:329). Sejak 4000 SM sudah ditemukan
kebudayaan-kebudayaan yang maju dan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan.
Yesus Kristus di kenal sebagai guru,ajaran-ajaran yang diberikannya sangat
memengaruhi ilmu pengetahuan dan cara-cara mengajar di sekolah seluruh dunia
sampai sekarang,bahwa ilmu pengetahuan pada agama Kristen sudah ada sejak lama
atau dulu dan sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat, terutama yang
beragama Kristen.
2.2.
Pemikiran Filsafat Yunani Kuno
Suatu pandangan teoritis itu
mempuyai hubungan erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu dijalankan,
begitu juga lahirlah filsafat Yunani pada abad ke-6 SM. Bagi orang Yunani,
filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di Yunanilah
pemikiran ilmiah mulai tumbuh,terutama di bidang filsafat pendidikan. Pada masa
ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih
berdasarkan kepercayaan, Karena para filusuf belum puas atas keterangan itu
akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya,intisari alam
(arche) berasal dari bahasa Yunani mula atau asal, oleh karena filusuf-filusuf
itu berusaha mencari inti alam Menurut Poedjawijawa (1983: 23-25),
filusuf-filusuf alam yang terkenal pada masa ini adalah :
v Thales
(624-548 SM),berpendapat bahwa intisari alam ini adalah air.
v Anaximandros,
yang menyatakan bahwa dasar pertama alam itu ialah zat yang tak tertentu
sifat-sifatnya yang dinamakan to apeiron.
v Anaximenes
(590-528), yang mengatakan bahwa intisari alam adalah udara, karena udaralah
yang meliputi alam dan udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia untuk
bernafas.
v Pitagoras,
yang menyatakan bahwa dasar segala sesuatu ialah bilangan.
v Heraklitos,
yang menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini berubah.
v
Parmenides mengakui
adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-ubah, serta
pengetahuan mengenai yang tetap : pengetahuan budi dan pengetahuan indra.
Kaum sofis ini muncul pertama kali di Athena.
Sofis berasal dari kata sofhos yang berarti cendekiawan. Sebutan ini semula
diberikan kepada orang-orang pandai seperti ahli filsafat,ahli bahasa dan
lain-lain. Aliran sofis dipelopori oleh Protogoras, Menurut kaum sofis manusia
menjadi ukuran kebenaran : tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal,
kebenaran hanya berlaku secara individul. Para kaum sofis dalam ilmu berpidato
dan kemahiran berbahasa tersebut menampilkan kekhawatiran tersendiri, bahwa
teknik berpidato akan dipergunakan untuk maksud-maksud jahat. Aliran sofis ini
juga mempunyai pengaruh positif bagi kebudayaan Yunani. Bahkan boleh dikatakan
bahwa para sofislah yang menyebabkan munculnya revolusi intelektual di Yunani.
Para sejarahwan Yunani seperti Nerodotas dan Thukydides,sangat dipengaruhi oleh
pemikiran sofistik. Begitu juga dengan dramawan-dramawan yang tersohor seperti
Sophokles dan Euripides. Diantara jasa sofis adalah fondasi untuk pendidikan
sistematis bagi kaum muda dan mengambil manusia sebagai objek dari pemikiran
filsafat.
2.3.Ruang Lingkup
Filsafat Pendidikan
Dalam pengertian luas,pendidikan
sama dengan hidup. Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang
mempengaruhi seseorang. Karena itu, pendidikan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan belajar sepanjang hidup.pendidikan berlangsung tidak dalam batas
usia,tetapi berlangsung sejak lahir dan juga tidak ada batas waktu
berlangsungnya pendidikan sehingga pendidikan berlangsung seumur hidup. Menurut
Redja (2006:46,49) menguraikan bahwa,dalam pengertian yang maha luas, tempat
berlangsungnya pendidikan tidak terbatas dalam satu jenis lingkungan hidup
tertentu dalam bentuk sekolah,tetapi berlangsung dalam segala bentuk lingkungan
hidup manusia .Pendidikan sebagai pengalaman belajar berlangsung baik dalam
lingkungan budaya dalam masyarakat hasil rekayasa manusia maupun dalam
lingkungan alam yang terjadi dengan sendirinya tanpa rekayasa manusia. Orang
belajar dari alam dan budaya yang diciptakan dalam masyarakat dan dengan
demikian tumbuh menjadi individu dan warga dalam lingkungan hidup
manusia.pendidikan sebagai pengalaman belajar mempunyai bentuk suasana dan pola
bentuk yang beraneka ragam. Dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah
atau persekolahan (schooling). Sekolah adalah lembaga pendidikan formal,sebagai
salah satu hasil rekayasa dari peradaban manusia, di samping keluarga,dunia
kerja,negara dan lembaga keagamaan. Sekolah sebagai hasil rekayasa manusia
diciptakan untuk menyelenggarakan pendidikan dan penciptaannya berkaitan erat
dengan penguasa bahasa tertulis dalam masyarakat berkembang semakin sistematis
dan meningkat. Pendidikan dalam arti sempit secara tersurat atau tersirat
memperlihatkan keterbatasan dalam waktu,tempat, bentuk kegiatan dan tujuan
dalam proses berlangsungnya pendidikan. Pendidikan tidak berlangsung di mana
pun dalam lingkungan hidup, tetapi di tempat tertentu yang telah di tentukan
dan di rekayasa untuk khusus berlangsungnya pendidikan. Filsafat pendidikan
lebih menekankan studi secara kritis mengenai masalah yang timbul dalam
kehidupan manusia, dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat mengatasi
semua permasalahan kehidupan yang dihadapi dan yang dapat di terima oleh
manusia mengenai konsep hidup secara ideal yang mendasar bagi kebahagiaan dan
kesejahteraan secara universal. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat
pendidikan meliputi :
1. Merumuskan
secara tegas sifat hakikat pendidikan ( the nature of education)
2. Merumuskan
sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan ( the ature of man)
3. Merumuskan
secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan agama dan kebudayaan
4. Merumuskan
hubungan antara filsafat,filsafat pendidikan dan teori pendidikan
5. Merumuskan
hubungan antara filsafat negara (ideologi),filsafat pendidikan dan politik
pendidikan ( sistem pendidikan)
6. Merumuskan
sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan
Dari uraian di atas dapat dinyatakan
bahwa yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan ialah semua aspek yang
berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan
yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan
pendidikan itu dapat dicapai sesuai dengan rencana. Menurut Jalaludin dan
Abdullah (2007:26) mengutip pendapatnya Will Durant mengenai ruang lingkup filsafat
yaitu :
a. Logika,
studi mengenai metode-metode ideal mengenai berpikir ( thingking) dan meneliti
(research) dalam melakukan observasi,introspeksi,deduksi,induksi,hipotesis dan
analisis eksperimental. Yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui
upaya logika agar bisa dipahami
b. Estetika,
studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan
merupakan filsafat mengenai kesenian.
c. Etika,
studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang nilainya tinggi ( sophisticated)
d. Politik,
suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang
diperkirakan orang. Politik merupakan pengetahuan mengenai organisasi sosial
seperti : monarki, aristokrasi,demokrasi,sosialisme,marksisme,feminisme dan
lain-lain, sebagai ekspresi aktual filsafat politik.
e. Metafisika,
suatu studi mengenai realita tertinggi
dan hakikat semua benda ( ultimate reality of all thing) dari benda (ontologi)
dan akal pikiran manusia ( ilmu jiwa filsafat) serta
Suatu study mengenai hubungan kokoh
antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan pengetahuan
(epistemologi).
2.4. Pemikiran Filsafat
Pendidikan Menurut Para Ahli
Ø Menurut Socrates
Dalam sejarah filsafat, socrates
adalah salah seorang pemikir besar kuno (470-399 SM) yang gagasan filosofis dan
metode pengajarannya sangat memengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh
dunia Barat. Socrates lahir di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan
seorang bidan yang tidak begitu dikenal,yaitu Sophonicus dan Phaenarete
(Smith,1986:19). Prinsip dasar pendidikan,menurut Socrates adalah metode dialektis. Metode ini direncanakan
untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat,untuk menguji coba
diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Tujuan pendidikan yang benar
adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan
menghasilkan perkembangan intelektual yang terus-menerus dan standar moral yang
tinggi (Smith,1986:25). Socrates menunjukkan bahwa jawaban-jawaban terbaik atas
pertanyaan moral adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri-pendiri
agama,cita-cita yang melekat pada ketuhanan,cinta kepada umat
manusia,keadilan,kebernanian,pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan,hormat
tehadap kebenaran,sikap yang tak berlebih-lebihan,kebaikan hati,kerendahan
hati,toleransi,kejujuran dan segala kebajikan-kebajikan lama. Socrates memang
tidak membangun suatu sistem filsafat yang luas,tidak pernah menggali secara
mendalam bidang psikologi,emosi,motivasi,kebiasaan dan aspek-aspek dari proses
pengetahuan. Dalam pendidikan, Socrates menggunakan sistem atau cara berpikir
yang bersifat induksi,yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan
berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus.
Ø Pemikiran Filsafat
Pendidikan Menurut Plato
Plato dilahirkan dalam keluarga
aristokrasi di Athena, sekitar 427 SM. Menurut Plato pendidikan itu sangat
perlu baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga negara. Negara
wajib memberikan pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun
demikian,setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu
sesuai dengan bakat,minat,dan kemampuan masing-masing sesuai jenjang usianya.
Sehingga pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan perubahan bagi
kehidupan pribadi,bangsa dan negara. Peranan pendidikan yang paling utama bagi
manusia adalah membebaskan dan memperbarui. Pembebasan dan pembaruan itu akan
membentuk manusia utuh,yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan
dan moralitas jiwa yang mengantarkan ke idea yang tertinggi yaitu
kebajikan,kebaikan dan keadilan. Menurut Plato,tujuan pendidikan adalah untuk
menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia
menjadi seorang warga negara yang baik,masyakarat yang harmonis, yang
melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seorang anggota masyarakat.
Plato juga menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan diprogram
sebaik-baiknya agar mampu mencapai sasaran yang diidamkan. Menurut
Plato,pendidikan direncanakan dan diprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat
usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh
tahun.Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari
tiga puluh tahun sampai usia empat puluh tahun.
Ø Pemikiran Filsafat
Pendidikan Menurut Aristotales (367-345 SM)
Aristotales adalah murid Plato. Dia
adalah seorang cendekiawan dan intelek termuka,mungkin sepanjang masa,umat
manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikirannya
dalam filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya
logika,metafisika,politik,etika dan biologi atau psikologi. Aristotales lahir
tahun 394 SM,di Stagria sebuah kota kecildi semenanjung Chalcidice di sebelah
barat laut Egea. Menurut Aristotales, agar orang dapat hidup baik maka ia harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan
soal memberi bimbingan pada perasaan-perasaan yang lebih tinggi yaitu akal,
guna mengatur nafsu-nafsu. Aristotales mengemukakan bahwa pendidikan yang baik
itu yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Dan kebahagiaan tertinggi adalah
hidup spekkulatif (Barnadib,1994:72). Aristotales juga menganggap penting
pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan dasar. Pada tingkat pendidikan
usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut
Aristotales, untuk memperoleh pengetahuan,manusia harus melebihi dari
bintang-bintang lain dalam berpikir, harus mengamati dan secara hati-hati
menganalisis struktur-struktur,fungsi-fungsi organisme itu,dan segala yang ada
dalam alam. Menurut Aristotales adalah pengumpulan dan penelitian fakta-fakta
belajar induktif, suatu pencarian yang objektif akan kebenaransebagai dasar
dari semua ilmu pengetahuan.
BAB
III
ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN
3.1. Pengertian
ontologi, epistemologi dan aksiologi
Ontologi berarti ilmu hakikat yang
menyelidiki alam nyata dan bagaimana keadaan yang sebenarnya: apakah hakikat di
balik alam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari
alam nyata yang samgat terbatas bagi panca indra kita. Bagaimana realita yang
ada ini, apakah materi saja,apakah wujud sesuatu ini bersifat tetap,kekal tanpa
perubahan,apakah realita berbentuk satu unsur(monisme),dua unsur (dualisme)
ataukah terdiri dari unsur yang banyak (pluralisme).
Epistemologi adalah pengetahuan yang
berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti apakah pengetahuan, cara
manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan.
Menutut epistemologi setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari
pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia(
Salam,1988:19). Epistemologi membahas sumber,proses,syarat,batas fasilitas dan
hakikat pengetahuan yang memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa
iamemberikan kebenaran kepada murid-muridnya.
Sedangkan Askilogi menyangkut
nilai-nilai yang berupa pertanyaan apakah yang baik atau bagus itu. Dalam
definisi lain, Askilogi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai
tersebut ditanamkan dalam kepribadian anak (Ibid,1986:95).
3.2. Aliran-Aliran
Filsafat Pendidikan Modern
Dalam filsafat pendidikan modern
dikenal beberapa aliran antara lain progresivisme ,esensialisme,perenialisme
dan rekonstruksionisme.
1.Aliran
Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan
berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita kehidupan agar
manusia bisa survive menghadapi semua tanatangan hidup. Dinamakan
instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi
manusia sebagai alat hidup,untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan
kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari
dan memperaktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan
environmentalisme,karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi
pembinaan kepribadian. Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan meliputi ilmu hayat, bahwa manusia mengetahui semua masalah
kehidupan: antropologi, bahwa manusia
mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian dapat mencari hal baru: psikologi,
bahwa manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, pengalaman, sifat-sifat
alam, dapat menguasai dan mengatur alam. Kenyataan alam semesta merupakan
kenyataan kehidupan manusia.pengalaman adalah kunci pengertian manusia terhadap
segala sesuatu. pengalaman adalah perjuangan,sebab hidup adalah tindakan dan
perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang jika ia mampu
mengatasi perjuangan, perubahan, dan berani bertindak. Fisafat progresivisme
sama dengan pragmatisme. Penanaman filsafat progresivisme atau pragmatisme ini
merupakan perwujudan dari ide asal wataknya.
Artinya filsafat progresivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat
pragmatisme yang telah memberikan konsep dasar dengan asas yang utama, bahwa
agar manusia biasa survive mengahadapi tantangan hidup, manusia harus pragmatis
dalam memandang kehidupan, karena filsafat progresivisme menaruh kepercayaan
terhadap kekuatan alamiah manusia,kekuatan yang diwarisimanusia sejak lahir
(man’s natural power). Maksudnya manusia sejak lahir telah membawa bakat dan
kemampuan atau potensi dasar,terutama daya akalnya sehingga manusia dapat
mengatasi segala problematika hidupnya baik itu tantangan,hambatan,ancaman
maupun ganggauan yang timbul dari lingkungan. Tampak bahwa aliran progresivisme
menempatkan manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat
dan martabat manusia sebagai pelaku hidup. Aliran progresivisme telah
memberikan sumbangan yang besar didunia pendidikan pada abad ini. Aliran ini
telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik.
Filsafat ini tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab pendidikan
otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran dan mematikan daya kreasi
baik secara fisik maupun psikis anak didik.
2.Aliran
Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan
ciri-cirinya yang berbeda dengan progrevisme. Dasar pijakan aliran pendidikan
ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan,toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama.
Nilai-nilai yang dapat memenuhinya adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat
yang korelatif selama empat abad belakang,sejak zaman Renaisance,sebagai
pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialismeawal. Idealisme dan realisme
adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, namun tidak melebur menjadi satu dan
tidak melepaskan karakteristiknya masing-masing. Realisme modren, yang menjadi
salah satu eksponden esensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam
dan dunia fisik. Sedangkan idealisme modern, sebagai eksponden yang lain,
pandangan-pandangannya bersifat spiritual. Idealisme modern mempunyai pandangan
bahwa realita adalah subsantsi ide-ide. Di balik dunia fenomental ini ada jiwa
yaang tidak terbatas,yaitu Tuhan yang menciptaan kosmos. Manusia sebagai
makhluk yang berpikir berbeda dalam lingkungan kekuasaanTuhan. Tujuan umum
aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi
pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan,kesenian,dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia.
3.
Aliran Perensialisme
Di zaman modern ini,banyak
bermunculan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang
pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, perensialisme memberikan
jalan keluar yaitu dengan mengembalikan pada kebudayaan masa lampau yang
dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Perensialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang.
Perensialisme memberikan sumbangan yang berpengaruhbaik teori maupun praktik
bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Perensialisme berpendapat bahwa
mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari
filsafat khususnya filsafat pendidikan. pendiri utama dari aliran filsafat ini
adalah Aristotales kemudian di dukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquisnas
yang menjadi pembaru utama di abad ke-13(Ali,1993:154). Pokok ajaran filsafat
ini tidak berubah semenjak abad pertengahan, kendati banyak bermunculan dan
berjatuhan rival-rival aliran filsafat ini, namun dia tetap berlanjut dari
generasi ke generasi, dari tahun ke tahun, bahkan ratusan tahun dan tetap
tumbuh bekembang. Perensialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan
aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusun
konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.
4.
Aliran Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme berasal dari
bahasa inggris rekon struct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Rekonstruksionisme berupaya mencari
kesepakatan antar sesama manusia agar dapat mengatur tata kehidupan manusia
dalam suatu tatanan dan seluruh lingkunganmya. Maka proses dan lembaga
pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan baru. Aliran rekonstruksioisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia.
Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui
pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang
benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga
mambentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
BAB
IV
HUBUNGAN
ANTARA FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN
4.1.
Teori Kebenaran menurut Pandangan Filsafat dalam Bidang Ontologi,Epistemologi
dan Askiologi
Ontologi sering diidentikkan dengan
metafisik, yang juga disebut dengan proto-filsafat atau filsafat yang pertama,
atau filsafat ketuhann yang bahasannya adalah hakikat
sesuatu,keesaan,persekutuan,sebab dan akibat,realita,prima atau Tuhan dengan
segala sifatnya, malaikat,relasi atau segala sesuatu yang ada di bumi dengan
tenaga-tenaga yang di langit, wahyu,akhirat,dosa,neraka,pahala dan surga.
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas realitas. Di dalam
pendidikan, pandangan ontologi secara praktis akan menjadi masalah yang utama.
Sebab anak bergaul dengan lingkungannya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk
mengerti sesuatu.
Epistemologi pertama kali di pakai
oleh L.F.Ferier pada abad 19 di Institut of Metaphisics (1854). Dalam
Encyclopedia of Philosophy, epistemolgi didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang bersangkutan dengan sifat dasar dari ruang lingkup pengetahuan
pra-pra-anggapan dan dasar-dasarnya serta realita umum dari tuntutan
pengetahuan sebenarnya. Epistemologi ini adalah nama lain dari logika material
atau logika mayor yang membahas dari isi pikiran manusia. Epistemologi juga
megandung studi tentang pengetahuan.
Aksiologi adalah sesuatu bidang yang
menyelidiki nilai-nilai (value). Menurut Brarneld, ada tiga bagian yang
membedakan di dalam askiologi. Pertama, moral,conduct,bidang moral. Bidang ini
melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Kedua, esthetic,expressio,ekspresi
keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan
sosio politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik. Nilai dan
implikasi askiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut di dalam kehidupan manusia dan membinanya
di dalam kepribadian anak. Apalagi menilai secara mendalam dalam arti untuk
membina kepribadian ideal.
4.2. Pandangan Filsafat
Tentang Hakikat Manusia
Ilmu yang mempelajari tentang
hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Ada empat aliran yang akan
dibahas. Pertama, aliran serba zat, aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh
ada itu hanyalah zat atau materi. Kedua, aliran serba-ruh. Aliran ini berpendapat
bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh. Hakikat manusia
juga ruh,aliran ini menganggap ruh itu adalah hakikat, sedangkan badan ialah
penjelmaan atau bayangan. Ketiga,aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa
manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan
rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal,yang adanya
tidak tergantung satu sama lain. Keempat, aliran eksistensialisme. Aliran
filsafat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi dari
manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh.
Terkait dengan hakikat manusia tersebut Poespoprodjo mengemukakan bahwa :
1.hakikat
manusia haruslah diambil secara integral dari seluruh bagiannya; bagian
esensial manusia baik yang metafisis (animalitas dan rasionalitas) maupun fisik
(badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang kompleks dan
mengendalikan bagian-bagian tersebut agar bekerja secara harmonis. Karena
manusia pada hakikatnya adalah hewan, maka ia harus hidup seperti hewan; ia
wajib menjaga badannya dan memenuhi kebutuhannya.
2.
hakikat manusia harus diambil dari seluruh nisbahnya;tidak hanya keselarasan
batin antara bagian-bagian kemampuan yang membuat manusia itu sendiri, tetapi
juga keselarasan antara manusia dengan lingkungan.
Memang
keberadaan manusia di muka bumi adalah sesuatu yang menarik. Selain manusia
menjadi pokok permasalahan, ia juga dapat melihat bahwa segala peristiwa dan
masalah apa pun yang terjadi di dunia ini pada akhirnya berhubungan dengan
manusia. Oleh karena itu, dalam usaha mempelajari hakikat manusia diperlukan
pemikiran yang filosofis. Karena setiap manusia akan selalu berpikir tentang
dirinya sendiri. Kedudukan manusia yang paling menarik ialah bahwa manusia itu
menyelidiki kedudukannya sendiri dalam lingkungan yang diselidikinya.
4.3.Sistem Nilai dalam
Kehidupan Manusia
Sistem merupakan suatu himpunan
gagasan atau prinsip-prinsip yang saling bertautan, yang bergabung menjadi suatu
keseluruhan. Terkait dengan itu, nilai yang merupakan suatu norma tertentu
mengatur ketertiban kehidupan sosial. Kaerna manusia, sebagai makhluk budaya
dan makhluk sosial, selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Maka manusia dalam proses interaksinya harus berpedoman
pada nilai-nilai kehidupan sosial yang terbina dengan baik dan selaras. Manusia
merupakan subjek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, karena itu manusia
memiliki sikap untuk mendidik dan siap untuk mendidik. Yang menjadi pokok dalam
pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan dalam keluarga,masyarakat,sekolah
dan perguruan tinggi. Manusia merupakan makhluk sosial dan juga makhluk budaya.
Sebagai makhluk sosial,tentunya manusia selalu hidup bersama dalam interaksi
dan interdependensi dengan sesamanya. Karena pada dasarnya manusia akan
membutuhkan sesuatu dari orang lain, baik itu berupa jasmaniah (segi-segi
ekonomis) maupun rohani (segi spiritual). Dalam rangka mengembangkan sifat
sosialnya, manusia selalu menghadapi masalah-masalah sosial yang berkaitan
dekat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai itu merupakan faktor internal dengan
hubungan antarsosial tersebut. Sebagaimana dikatakan Celcius,ubi
societas,ibiius, dimana ada sesuatu masyarakat, di sana pasti ada hukum.
Sebagaimana pandangan aliran progresivisme, nilai itu timbul dengan
sendirinya,tetapi ada faktor-faktor lain dari masyarakat saat nilai itu timbul.
Nilai akan selalu muncul apabila manusia mengadakan hubungan sosial atau
bermasyarakat dengan manusia lain. Manusia di dalam hubungannya dengan sesama
dan dengan alam semesta ini tidak mungkin melakukan sikap yang natral. Karena
pada dasarnya manusia itu sudah mempunyai watak manusiawi seperti
cinta,benci,simpati,hormat,antipati dan lain sebagainya. Kecendrungan untuk
cinta, benci,simpati dan lainnya itu merupakan suatu sikap. Setiap sikap yang
ada adalah konsekuensi dari suatu penilaian, apakah penilaian itu di dasarkan
atas asas-asas objektif rasional atau subjektif emosional belaka.
4.4. Pandangan Filsafat
dalam Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari dan
memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan. filsafat
pendidikan adalah jiwa, ruh,dan kepribadian sistem pendidikan nasiona,
karenanya sistem pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas pancasila, citra dan karsa bangsa kita atau tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat indonesia yang tersimpul dalam pembukaaan
undang-undanh dasar 1945, sebagai perwujudan jiwa dan nilai pancasila.sistem
pendidikan itu bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan
filosofis tertentu. Karena filsafat itu sebagai ilmu untuk memahami semua hal
yang timbul dalam hidup manusia, maka diharapkan manusia dapat mengerti dan
mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai filsafat bahwa manusia
itu satu kesatuan dari dunia. Filsafat sering juga disamakan dengan pandangan
dunia. Pandangan dunia adalah suatu konsep yang menyeluruh tentang alam
semesta, manusia masyarakat umum, nilai
dan norma yang mengatur sikap dan perbuatan manusia dalam hubungan dengan
dirinya sendiri,sesama manusia,masyarakat dan alam sekitarnya serta dengan
penciptanya. Karena manusia merupakan bagian dari dunia, maka ia akan berusaha
untuk lebih memperbaiki dirinya sendiri sehingga dengan perubahan itu manusia
menjadi mantap dan stabil dalam kehidupannya. Filsafat menjadikan manusia
berkembang dan mempunyai pandangan hidup yag menyeluruh dan sistematis.
Pandangan itu kemudian dituangkan dalam sistem pendidikan, untuk mengarahkan
tujuan pendidikan, dengan kurikulum,sistem pengajaran dapat terarah,selain
dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun
pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Untuk mengembangkan
mutu pendidikan, ada lima jalur yang harus diperhatikan yaitu: pertama,
landasan filsafat untuk menjadi dasar dalam menyusun paradigma bagi
pengembangan ilmu pendidikan. kedua: kita memerlukan paradigma bagi penyusun
metodologi pengembamgan ilmu pendidikan. paradigma yang dimaksud ialah kerangka
pikiran yang dapat menentukan kita dalam menyusun metodologi pengembangan ilmu
pendidikan. ketiga: kita memerlukan modal-modal penelitian untuk digunakan
dalam penelitian pendidikan. keempat: memerlukan metodologi pembagian ilmu
pendidikan tersebut. Metodologi ini berupa metode pengembangan teori pendidikan
yang diperkirakan dapat mengembangkan teori-teori ilmu pendidikan kita. Kelima:
melakukan suatu organisasi yang berskala nasional. Organisasi itulah yang
diharapkan merencanakan,memonitor dan merancang hasil-hasil penelitian untuk
disusun secara sistematik dalam batang tubuh ilmu pendidikan. filsafat yang
dijadikan basis bagi pengembangan ilmu pendidikan dapat bersifst universal,
yang dapat digunakan dimana pun dan kapan pun. Penngembangan tersebut dapat
kita jadikan sebagai pedoman dalam pengembangan pendidikan untuk masa-masa yang
akan datang. Fisafat tidak dapat dipisahkan daengan pendidikan, sebab filsafat
itu merupakan jiwa bagi pendidikan. dan untuk merealisasikan pandangan filsafat
tentang pendidikan, ada beberapa unsur yang dapat dijadikan tonggak untuk
pengembangan pendidikan lebih lanjut, meliputi (1) dasar dan tujuan
pendidikan,(2) pendidikan dan peserta didik, (3) kurikulm, dan (4) sistem
pendidikan.
BAB V
FILSAFAT PENDIDIKAN
PANCASILA
5.1. Pancasila Sebagai
Filsafat Hidup Bangsa
Dalam ketetapan MPR Nomor
11/MPR/1978, pancasila adalah sebagai jiwa dan seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa indonesia, pandangan bangsa indonesia dan dasar negara.
Pancasila juga merupakan kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan
mencapai puncak kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan
keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makhluk sosisal
dalam mengejar hubungan dengan masyarakat, alam, Tuhannya maupun dalam mengejar
kemajuan lahiriah dan kebahagiaan ruhaniah. Oleh karena itu, kita perlu
memahami,menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segi kehidupan. Pancasila
yang dimaksud disini adalah Pancasila yang merumuskan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang terdiri dari 5 sila dan penjabarannya sebanyak 36
butir yang masing-masing tidak dapat dipahami secara terpisah melinkan satu
kesatuan. Pancasila di katakan sebagai filsafat hidup bangsa karena, menurut
Muhammad Noor Syam (1983:346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia
hidup dan berkembang sejak awal peradabannya,yang meliputi :
a. Kesadaran
ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana
b. Kesadaran
kekeluargaan,di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat terbentuknya
masyarakat dan sinambungnya generasi
c. Kesadarn
musyawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama
d. Kesadaran
gotong royong, tolong-menolong
e. Kesadaran
tenggang rasa,atau tepa selira, sebagai semangat kekeluargaan dan kebersamaan:
hormat-menghormati dan memelihara kesatuan, saling pengertian demi keutuhan
kerukunan dan kekeluargaan dalam kebersamaan
Pada
dasarnya masyarakat indonesia telah melaksanaan pancasila, walaupun sifatnya
masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
tersebut sudah berabad lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena
itu pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.
5.2. Pancasila Sebagai
Filsafat Pendidikan Nasional
Sistem
pendidikan yang dialami sekarang merupakan hasil perkembangan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa di masa lalu. Pendidikan tidak berdiri
sendiri, tetapi selalu di pengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
politik,sosial,ekonomi dan kebudayaan. Dalam kehidupan suatu,pendidikan memang
mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan kehidupan bangsa bersangkutan (UU No.2 Tahun 1989 tentang SPN
1992:23). Karena itu, pendidikan diusahakan dan di selenggarakan oleh
pemerintah sebagai suatu sistem penagajaran nasional, sebagaimana yang
termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 2. Menurut Aristotales,
tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu negara (Rapar,1988:40).
Begitu juga dengan indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, ingin
menciptakan manusia pancasila. Pendidikan, selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan,
sosial budaya, juga merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada
generasi selanjutnya yang ( hanya) dapat di lakukan melalui pendidikan.
karenanya, sistem pendidikan nasional indonesia dijiwai,didasari dan
mencerminkan identitas pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita,tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan jiwa dan nilai pancasila. Cita dan karsa ini dilembagakan
dalam sistem pendidikan nasional yang yertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan
dan pandangan hidup pancasila. Filsafat pendidikan pancasila merupakan tuntutan
nasional, sedangkan filsafat pendidikan pancasila adalah subsistem dari sistem
negara pancasila. Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai
subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat.
Filsafat
pendidikan dalam membangun potensi negara dan bangsa, khususnya dalam
melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pada akhirnya menentukan
eksistensi dan martabat negara dan bangsa, maka sistem pendidikan nasional dan
filsafat pendidikan pancasila terbina mantap demi tegaknya martabat dan
kepribadian bangsa sekaligus pelestarian sistem negara pancasila berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945. Dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan pancasila
merupakan aspek ruhaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional dijiwai dan didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang
lain selain pancasila. Hal ini tercermin dalam tujuan pendidikan Nasional yang
termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 tenteng Sistem Pendidikan Nasional yakni:
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan,keterampilan,
kesehatan jasmani kepribadian yang mantap, dan mandiri serta bertanggung jawab
kemasyarakatan.
5.3.Hubungan Pancasila
dengan Sistem Pendidikan Ditinjau dari Filsafat Pendidikan
Pancasila adalah dasar negara
indonesia yang merupakan fungsi utamanya dan dari segi materinya digali dari
pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo,1988:17). Pancasila adalah
dasar negara indonesia yang mempunyai fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa
dan negara indonesia, tidak saja sebagai dasar negara republik indonesia tapi
juga sebagai alat persatu bangsa,kepribadian bangsa,pandangan hidup bangsa,
sumber dari segala sumber hukum dan sumber ilmu pengetahuan di indonesia
(Azis,1984:70). Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh
untuk mencari kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran
yang mendalam tentang kependidikan berdasarkan filsafat. Bila di hubungkan
fungsi pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan,
maka dapat dijabarkan bahwa pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang
menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam pelaksanaan
pendidikan,tentunya sila pertama ini akan diberikan kepada siswa sebagai pelajaran
pokok yang mesti diamalkan. Karena itu disekolah-sekolah diberikan pelajaran
pendidikan moral pancasila (PMP), yang salah satu butir sila pertamanya adalah
percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing.
Sehingga bila dilihat dalam lingkup kelas, nilai yang tampak di antara siswa
adalah saling menghormati walaupun berlainan agama. Oleh karena itulah, sejak sekolah
dasar sampai perguruan tinggi pelajaran pancasila masih diberikan, tak lain
agar nilai-nilai pancasila benar-benar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.4.Filsafat Pendidikan
Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Askeologi
Ontologi adalah cabang dari filsafat yang
persoalan pokoknya apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik
dengan membicarakan tentang hakikat yang ada. Hakikat ada dapat berarti tidak
apa-apa, karena menunjuk pada hal umum ( abstrak umum universal). Demikian
halnya dengan pancasila sebagai filsafat, mempunyai isi yang abstrak umumdan
universal. Maksudnya isi yang abstrak di
sini bukannya pancasila sebagai filsafat secara operasional telah diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, melainkan sebagai pengertian pokok yang
dipergunakan untuk merumuskan masing-masing sila. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa indonesia yang menjiwai sistem pendidikan nasional tidak bisa
dipisahkan dengan kenyataan yang ada, karena pendidikan nasional itu dasarnya
adalah pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
dalam GBHN Tap.MPR.No.II/1993 : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang diselenggarakan secara terpadu dan
diarahkan pada pengangkatan kualitas dan pemerataan pendidikan dasar serta
jumlah dan kualitas kejuruan sehingga memenuhi kebutuhan pembangunan nasional
dengan memerhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Epistemologi adalah studi tentang
pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi dapat juga berarti bidang
filsafat yang menyelidiki sumber,syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan,
batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan. Dengan filsafat dapat menentukan
tujuan-tujan yang akan dicapai demi peningkatan ketenangan dan kesejahteraan
hidup,pergaulan dan berwarga negara. Untuk itu,bangsa indonesia telah menemukan
filsafat pancasila.
Askeologi adalah bidang filsafat
yang menyelidiki nilai-nilai(value). Nilai tidak akan timbul dengan sendirinya,
nilai timbulkarena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai, dikatakan mempunyai
nilai, apabila berguna,benar(logis),bermoral,etis dan ada nilai religius.
Dengan demikian dapat pula dibedakan nilai material dan nilai spiritual.
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai:
ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,kerakyatan dan keadilan. Nilai
ideal,material,spiritual dan nilai positif, dan juga nilai
logis,estetika,etis,sosial dan religius. Jadi, pancasila mempunyai nilai-nilai
tersendiri.
BAB
VI
FILSAFAT
PENDIDIKAN DAN PENINGKATAN SUMBER
DAYA
MANUSIA
6.1. Filsafat pendidikan dan Kepribadian
Peningkatan kualitas sumber daya
manusia tentunya berbeda dari zaman ke zaman. Sifat, bentuk,dan arahannya
tergantung dari kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat masing-masing. Di
masyarakat tradisional, peningkatan kualitas sumber daya manusia masih terbatas
pada aspek-aspek tertentu, yang erat kaitannya dengan tradisi setempat. Namun
yang jelas, peningkatan itu tidak lepas hubungannya dengan filsafat hidupbdan
kepribadian masing-masing. Dalam pengertian sederhana, filsafat diartikan sebagai
kepribadian jati diri dan pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa.
Kondisi ini dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat ataupun oleh usaha yang
terprogram. Namun demikian sesederhana apa pun,pembentukan itu tak lepas dari
peran pendidikan. menurut Hasan
Langgulung,pada prinsipnya dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu individu
dan masyarakat. Di lihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan
usaha untuk membimbing dan menghubungkan potensi individu, sementara dari sudut
pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya
dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap
terpelihara. Dalam konteks ini, dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan
tradisi budaya dan kepribadian suatu masyarakat,betapun sederhananya masyarakat
tersebut. Hal ini dapat dilihat ketika tradisi sebagai muatan budaya senantiasa
terlestarikan dalam masyarakat, dari generasi ke generasi berikutnya. Dalam
masyarakat modern, proses pendidikan didasarkan pada suatu sistemynag sengaja
dirancang sebagai suatu program pendidikan secara formal. Menurut Hasan
Langgulung, pendidikan mencakup dua kepentingan utama yaitu, pengembangan
potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya, kedua hal ini berkaitan erat
dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing. Sistem
pendidikan bagaimanapun sederhananya mengandung karakteristik tentang jati diri
atau pandangan hidup masyarakat. Pandangan hidup yang merupakan jati diri ini
berisi nilai-nilai yang dianggap sebagai sesuatu yang secara ideal adalah
kebenaran. Nilai kebenaran itu sendiri berbeda antara masyarakat atau bangsa
yang satu dengan lainnya. Nilai-nilai kebenaran yang idealis ini disebut
sebagai filsafat hidup yang dijadikan dasar dalam penyusunan sistem pendidikan.
pandangan ini dapat diangkat dari jumlah sistem pendidikan di berbagai negara
yang menggambarkan hubungan filsafat bangsa dengan tujuan pendidikan yang akan
dicapainya. Sistem pendidikan nasional disusun secara atas dasar filsafat
pendidikan pancasila. Sebab, filsafat pendidikan merupakan ilmu pendidikan yang
bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan
pemecahan masalah-masalah pendidikan. bila pendidikan dikembalikan pada
fungsinya sebagai usaha untuk mengembangkan potensi individu dan sekaligus
sebagai usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya,maka pendidikan juga
menyangkut pembentukan kepribadaian. Pendidikan berkaitan dengan usaha untuk
mengubah sikap dan tingkah laku. Kepribadian dapat dilihat dari empat aspek
yaitu: (1) aspek personalia, (2) aspek individualitas, (3) aspek mentalistas,
(4) aspek identitas. Berdasarkan aspek tersebut, terlihat bagaimana hubungan
antara pendidikan dan pembentukan kepribadian dan hubungannya dengan filsafat
pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai budaya sebagai pandangan hidup suatu
bangsa.
6.2.Filsafat Pendidikan
dan Sumber Daya Manusia
Manusia adalah makhluk yang memiliki
berbagai potensi bawaan. Dari sudut pandang potensi yang dimiliki itu,manusia dinamakan dengan
berbagai sebutan, dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo
intelectus, manusia juga disebut homo faber, karena manusia memiliki kemampuan
untuk membuat beragam barang atau peralatan, kemudian manusia pun disebut sebagai
homo saccinss atau homo saciale abima, karena manusia adalah makhluk
bermasyarakat. Dilai pihak, manusia juga memiliki kemampuan
marasai,mengerti,membeda-bedakan,kearifan,kebijaksanaan dan pengetahuan. Atas
dasar adanya kemampuan tersebut,manusia disebut homo sapiens (K.Prent, CM,
J.Adisubrata,W.M. Poerwadarminta,1969:322-764). Filsafat pendidikan, yang
dikemukakan oleh Imam Barnadib,disusun atas dua pendekatan yaitu: pendekatan
pertama, bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan
pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pendekatan yang kedua
adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problem-prolema
yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dari pendekatan pertama, terkait
dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga aliran filsafat yaitu:
pertama,aliran naturalisme, yang mengatakan bahwa manusia memiliki potensi
bawaaan(natur) yang dapat berkembang secara alami,tanpa memerlukan bimbimbanga
dari luar (lingkungan). Kedua,aliran empirisme, menurut aliran ini manusia
bertumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan.
Ketiga, aliran konvergensi, yang memiliki pandangan gabungan antara naturalisme
dan empirisme. Menurut pandangan ini, manusia secara kodrati memang telah
dianugerahi potensi yang disebut bakat. Ketiga aliran ini tersebut kemudian
menjadi dasar pemikiran tentang manusia dalam kaitan dengan problema pendidikan.
menurutnya,walaupun manusia memiliki bakat yang baik,kemudian di didik
secarabaik pula, maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada motivasi
intrinsik (dorongan kesadaran dari dalam diri) dari peserta didik itu sendiri.
Menurut Kohnstamn, melihat bahwa faktor lingkungan (melieu) belum dapat memberi
hasil yang optimal bila tidak disertai dorongan dari dalam diri peserta didik.
Pendapat ini dapat dinilai sebagai temuan yang memperkaya pemikiran tentang
manusia dalam kaitannya dengan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin,
Prof. Dr. H dan Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed.2009. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jogjakarta
Ar-Ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar