Rabu, 08 Januari 2014

tri guna



TRI GUNA
  1.  Pengertian Triguna dan Bagian-Bagianya
Tri artinya tiga Guna artinya sifat atau bakat jadi Triguna adalah tiga sifat dasar yang terdapat pada setiap yang ada dijagat raya ini baik makhluk hidup maupun benda mati. Ketiga sifat itu mempengaruhi manusia sejak masih dalam kandungan sampai akhir hidupnya, hanya saja dalam prosentase yang berbeda-beda dan selalu berubah-ubah. Perubahan pengaruh guna itulah menyebabkan tabiat manusia berubah-ubah dan triguna tidak seimbang menjadikan bermacam-macam sifat manusia.
Ada tiga sifat alam material diseluruh jagat yang didapat oleh manusia, untuk melakukan sesuatu, namun ketiganya ini merupakan bagian-bagian yang tak dapat dipisahkan antara satu dengan bagian yang lainnya walaupun ketiga sifat ini berbeda-beda, karena merupakan satu kesatuan yang utuh. Prakerti dibangun oleh tri guna, yaitu sattwa, rajas, dan tamas. Guna artinyta unsur komponen penyusun. Tri guna itu tidak dapat kita amati dengn indria. Adanya itu disimpulkan dengan objek dunia ini yang merupakan akibat dari padanya. Karena adanya kesamaan azas antara akibat dan sebab, maka dapat kita ketahui sifat-sifat guna itu dari alam yang merupakan wujud hasil dari padanya. Semua objek dunia ini memiliki tiga sifat, yaitu sift-sifat yang menimbulkan rasa senang, susah dan netral. Demikian sifat-sifat ini terkandung dalam dalam sattwa, rajas, dan tamas itu. 
      Dalam Werespati tattva disebutkan, sattvam bersinar terang-bersih-tenang, rajas bergejolak dan dinamis, tamas malas-lamban dan dungu/gelap demikianlah ketiga guna ini membelenggu manusia sehingga terjadinya bermacam-macam sifat manusia tesebut seperti : Tenang, suci, bijaksana, cerdas, jujur, desiplin, rajin Lincah, gesit, kasar, cepat tersinggung, keras kepala, congkak, emosi, ego Mengantuk, bodoh, malas, kumal, lambat 

Dengan keyakinan yang tinggi mengikuti petunjuk dharma dan dengan latihan yang diaktualisasikan dalam perbuatan sehari-hari tanpa mengharapkan hasil dan selalu menyerahkannya kepada Tuhan, menyadari ini semua adalah sudah merupakan kehendak-Nya, keberadan ini semua hanya tugas dan kewajiban yang harus dijalankan sesuai dengan swadharma masing-masing.
Alam material yang memiliki tiga sifat sangat kuat mengikat yang kekal dalam makhluk yang hidup, seperti dikatakan dalam kitab suci Bhagavad Gita adyaya 14.5 sebagi berikut :
sattvam rajas tama iti gunah prakrti-sambhavah
nibadhnanti maha-baho dehe dehinam avyayam

Artinya :
Alam material terdiri dari tiga sifat-kebaikan, nafsu dan kebodohan. Bila makhluk hidup yang kekal berhubungan dengan alam, ia diikat oleh sifat-sifat tersebut, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.(Prabhupada, 1986: 663)

            Dengan demikian walaupun makhluk hidup bersifat rohani, yang tidak  mempunyai hubungan dengan alam material, akan tetapi oleh karena para makhluk hidup memilih jenis badan, dimana badan yang memiliki dunia material, ini sangat mungkin mengakibatkan dorongan untuk bertindak menurut sifat alam yaitu kebaikan, nafsu dan kebodohan. Semua tindakan ini menimbulkan karma yang hasilnya tentu akan menyesuaikan, karena seperti anak seekor lembu tidak akan pernah keliru mencari susu induknya.  
Dengan demikian jelas sekarang bagian-bagian triguna tersebut terdri dari tiga sifat karena akan membentuk karakter atau watak manusia yang sesungguhnya telah diporelehnya sejak lahir dan tidak dapat dihindari, maka untuk dapat melakukan karma baik, melebur karma buruk dapat di uraikan bagian-bagian triguna sebagai berikut :
a.  Sattwa
Sattvam adalah sifat kebaikan dimana sifat ini membentuk karakter manusia untuk selalu berbuat kebaikan karenanya manusia bisa berpikir berkata melakukan sesuatu dengan baik, bijaksana, cerdas, sopan, desiplin, jujur dalam menegakkan dharma. 


b.      Rajas
Rajas adalah sifat nafsu dimana sifat ini membentuk karakter manusia untuk selalu memiliki pengaruh kecendrungan berpikir berkata dan berbuat penuh dengan nafsu, angkuh, sombong, cepat tersinggung, rakus, haus kekuasaan dan dalam melakukan apa saja tidak pernah mau mengalah atau tidak pernah merasa salah menganggap dirinya selalu paling benar.
c. Tamas
Tamas adalah suatu sifat yang dimiliki oleh manusia yang memberi pengaruh malas, pasif dan masa bodoh. Sehingga ini terkadang manusia bisa tidak mengindahkan apapun yang terjadi selalu cuek atau masa bodoh, selalu berhayal tidak mau tahu apapun yang akan terjadi terkadang resiko yang fatalpun siap diterimanya.

  1. Akibat-Akibat Ikatan TriGuna
Akibat-akibat ikatan triguna terhadap Sang Makhluk hidup (Jiva) yaitu;
  1. Sang jiva mengembangkan jenis sraddha (kepercayaan) tertentu selain kepada Tuhan. (a) Sraddha dalam sifat sattvam (kebaikan). (b) Sraddha dalam sifat rajas (kenafsuan), dan (c) Sraddha dalam sifat tamas (kegelapan).
  2. Sang jiva secara keliru menganggap dirinya sendiri sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya. karena di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup jadi terkhayalkan dan menganggap dirinyalah menjadi pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya, padahal kegiatan-kegiatannya itu terlak sana oleh alam material.
  3. Sang jiva jadi sibuk dalam kegiatan material memuaskan indriya jasmani di alam material. diikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup (jiva) menjadi sibuk dalam berbagai kegiatan pamerih dan menjadi terikat pada hasil kegiatannya itu”
  4. Sang jiva dipaksa berpindah-pindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan hanyut dalam samudra kehidupan material dunia fana. begitulah sang makhluk hidup (jiva) yang tinggal di alam fana, berusaha menikmati kesenangan material dalam ikatan Tri Guna, karena di-ikat oleh Tri Guna, maka ia merasakan suka dan duka dalam berbagai jenis kehidupan material yang dialaminya
  5.  Sang jiva tidak tahu bahwa sri krishna adalah bhagavan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikhayalkan oleh Tri Guna, seluruh dunia tidak mengenal diriKu (sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa) yang mengatasi ketiga sifat alam material itu dan kekal abadi.
  1.  Manfaat Lepas Dari Ikatan Tri Guna
Manfaat lepas dari ikatan tri guna adalah;
  1.  Sang jiva mengerti bahwa sri krishna adalah bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,  bila anda melihat bahwa segala peristiwa yang terjadi adalah tidak lain dari pada interaksi unsur-unsur Tri Guna, dan bahwa Tuhan mengatasi ketiga sifat alam material ini, maka barulah anda mengerti hakekat spiritual diriKu
  2. Sang jiva mencapai tingkat spiritual Brahma-bhuta yang menjadi prasyarat untuk kembali ke dunia rohani,  jika seseorang telah bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia mencapai kedudukan spiritual brahma.
  3.  Sang jiva mencapai kebahagiaan abadi di dunia rohani vaikunthaloka.
kalau seseorang bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia bebas dari kelahiran,  kematian,  usia tua dan kesengsaraan (penyakit) dan mencapai kebahagiaan sejati bahkan dalam masa hidup nya ini juga
Adapun ciri-ciri orang yang telah terlepas dari Tri Guna adalah Dia tidak membenci pencerahan spiritual, kemelekatan (pada hal-hal material) ataupun khayalan bilamana hal-hal itu datang. Juga dia tidak menginginkannya jika hal-hal itu lenyap. Dia tetap tenang tanpa rasa keprihatinan apapun, sebab dia berada diluar pengaruh unsur-unsur Tri Guna. Dia hidup mantap (dalam keadaan apapun), sebab dia sadar bahwa hanya unsur-unsur Tri Guna itu  saja yang aktip. Dia merasakan suasana senang dan susah sama  saja, menerima cacian dan pujian dengan sikap sama, melihat segumpal tanah, sebiji batu dan sekeping emas dengan  pandangan (dan perasaan) sama. Dia tidak pernah merasa terganggu meski dihina atau pun disanjung. Dia memperlakukan sahabat ataupun musuh dengan cara sama, dan bebas dari segala kegiatan pamerih apapun.
D.     Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang
1.      Orang yang dikuasai oleh sifat sattwa biasanya berwatak tenang, waspada, dan berhati yang damai serta welas asih. Kalau mengambil keputusan akan ditimbang terlebih dahulu secara matang, kemudian barulah dilaksanakannya. Segala pikiran, perkataan, dan perilakunya mencerminkan kebijaksanaan dan kebajikan. Seperti tindakan Sang Yudistira dan Sang Krishna dalam cerita Mahabharata, dan tindakan Sang Rama dan Wibhisana dalam cerita Ramayana.
  1. Orang yang dikuasai oleh sifat rajas biasanya selalu gelisah, keinginannya bergerak cepat, mudah marah dan keras hati. Orangnya suka pamer, senang terhadap yang memujinya dan benci terhadap yang merendahkannya. Yang baik pada sifat rajah itu adalah sifat giat bekerja dan disiplin.
  2. Orang yang dikuasai sifat tamas biasanya berpikir, berkata, dan berbuat sangat lamban. Kadang-kadang enggan, malas, suka tidur, rakus, dan dungu. Besar birahinya, keras keinginannya, serta suka tidur campur dengan anak dan istrinya.
  1. Tujuan Mempelajari Tri GUna  
1.      Memperoleh cara yang tepat untuk meningkatkan sifat Sattwam terhadap pengembangan budhi pekerti.
2.      Memberikan keyakinan bahwa melalui pengembangan budhi perkerti, tujuan agama hindu tentang moksa akan tercapai.


Kesimpulan

Tri artinya tiga Guna artinya sifat atau bakat jadi Triguna adalah tiga sifat dasar yang terdapat pada setiap yang ada dijagat raya ini baik makhluk hidup maupun benda mati. Ketiga sifat itu mempengaruhi manusia sejak masih dalam kandungan sampai akhir hidupnya, hanya saja dalam prosentase yang berbeda-beda dan selalu berubah-ubah. Perubahan pengaruh guna itulah menyebabkan tabiat manusia berubah-ubah dan triguna tidak seimbang menjadikan bermacam-macam sifat manusia.
sattvam bersinar terang-bersih-tenang, rajas bergejolak dan dinamis, tamas malas-lamban dan dungu/gelap. Karena dunia ini terbentuk dari tri guna itu, maka dlm dunia inipun kita saksikan selalu ada pertentangan dan kerja sama dalam kesatuan. Ketiga guna ini selalu bersama dan tidak pernah terpisah satu sama lainny, tidak dapat hanya salah satu dari padanya membangun benda-benda dunia ini. Kerja sama ketiga guna itu laksana minyak, sumbu, dan api yang bersama-sama menyebabkan adanya nyala lampu, walaupun masing-msing elemen itu berbeda-beda yang sifatnya bertentangan.
Ada dua perubahan bentuk tri guna itu , yaitu pada waktu pralaya msing-msing guna berubah pada dirinya sendiri, tanpa mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebut swarupaparinama. Pada waktu demikian tidak mungkin ada ciptaan, karena tidak ada kerja sama antaraa guna-guna itu.  Namun bila guna yang satu menguasai yang lain, maka terjadilah suatu penciptaan. Perubahan ini disebut wirupaparinama  





DAFTAR PUSTAKA
I Made Nada Atmaja, dkk. 2010. Etika Hindu, Paramitha Surabaya ( halm. 62)
Drs. K.M. Suhardana. 2008. Niti Sastra. Ilmu Mepemimpinan atau management Berdasarkan Agama Hindu, Paramita Surabaya (halm. 99)
I Gede Sura dan I Wayan Sukayasa. 2011. Samkya dan Yoga, Widya Dharma (halm.3)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar